Thursday, March 25, 2010

Naluri Wanita


Ada sebuah kesadaran menyentak wujud diri ketika usia dewasa menyambangi waktu yang sedang ku runut. Berawal dari pertanyaan seorang teman tentang kapan aku menikah. ‘"Menikah?" Sejenak aku berpikir dan tanpa sadar perenungan dimulai. Menikah sama artinya bahwa aku akan menjadi seorang isteri dan juga tentu diujungnya akan menjadi seorang ibu. Isteri dan Ibu, dua peranan ini yang hakikatnya menjadi milik wanita.

Wanita?, aku mengaca kembali pada wujud diri. Menjadi seorang wanita adalah hal yang luar biasa dengan kelengakapn sensitivitas rasa plus air mata. "Wanita", diam memaku tubuhku tiba - tiba. Karena itu adalah aku. Dalam bayangan ku sosok seorang wanita adalah sosok lembut penuh perhatian. Mempunyai naluri keibuan yang tajam. Meneduhkan ketika di pandang sebagai seorang isteri. Di garis sisi lain ketika seorang wanita telah berperan sebagai seorang ibu rumah tangga, maka rumah adalah tempat utamanya beraktifitas. Tempat yang nyaman dan aman bagi anak–anaknya. Dan kembali pernyataan yang memagut pertanyaan menohok ulu hati, "aku wanita, begitukah aku?

Ah.. sejak saat itu aku yang tidak begitu feminim bukan tomboy dan super duper cuek berubah menjadi sedikit sensitive dari biasanya. Entah apa yang terjadi?, aku mulai memeyukai bunga yang memang mengidentikan wanita, dan sejak kapan aku pun tak tahu persis mulai suka mengenakan bross atau aksesoris lainnya di jilbab yang biasanya polos tanpa pernak pernik. Semua berjalan dengan sedikit perubahan yang aku sadari_aku sadari ?, ah.. ternyata banyak yang lebih tak kusadari, ketika pada puncaknya aku membeli sarung HP berwarna pink. Warna yang paling tak ku sukai karena disamping norak, menurutku juga identik dengan warna wanita banget.

Dan kini… ketika usia dewasa ku runut masanya, perubahan itu bergulir mengiringi, ada di hati ini, ada di jiwa ini, ada di benak ini.. untuk menjadi seorang wanita dengan segala sifat dan peranannya. Yah… itu nyata, aku seperti sedang bermetamorfosa dan aku tidak tahu mengapa. Sampai diujungnya, ketika jawaban itu ku temukan dalam ayatNYA tentang manusia yang diciptakan sesuai dengan fitrahnya dalam beragama, ku coba biaskan dalam makna fitrah wanita. Dan kini melihat diri yang (barangkali) sedang kembali ke fitrah itu, fitrah tuk menjadi seorang wanita yang selama 20 tahun lebih terpendam oleh tas rangsel dan aktivitas yang menguras energi. Naluri wanita yang ternyata ada juga dalam jiwa lelakiku.

0 comments:

Post a Comment